Below is a very interesting piece from Christovita Wiloto on how ineffective we have been in managing our working days so far. Presumably, when being compared to other countries, Indonesia is a heavenly place of one long weekend after another.
But should you not be pleased by such huge amount of non-productivity officially sanctioned by the government, here is an ugly attempt to waste some more of your productive hours, since we have been working too hard days in days out. As if!
To think that an advertiser as big as Toyota actually endorses this act of sloth. Weird strategy.
Or probably all of us would rather think "why bother", because the armageddon is going to be inevitable anyway.
from Bisnis Indonesia
1/3 TAHUN LIBUR!
Oleh: Christovita Wiloto, Managing Partner Wiloto Corp Asia Pacific
powerpr@wiloto.com www.wiloto.com
Terlalu banyak hari libur pada 2006 ini. Dalam satu tahun penuh total hari libur sabtu, minggu serta hari besar keagamaan dan nasional mencapai 119 hari. Sementara total hari kerja hanya 246 hari saja, itupun hanya sekitar 8 jam sehari kita produktif bekerja, belum lagi ditambah berbagai kemacetan lalu lintas yang sangat menyita waktu produktif kita.
Total 119 hari libur ini sama dengan 33% dari total waktu yang ada dalam setahun, dan 48% atau hampir setengah dari total hari kerja dalam setahun. Luar biasa! Artinya, selama kita dibius, bahkan hampir dibunuh, dengan libur yang terlalu melimpah.
Angka itu membengkak lagi jika dimasukkan 'hari kejepit' yang juga kerap kita klaim sepihak untuk tidak bekerja. Tahun 2006 sedikitnya ada sekitar enam hari kerja yang berkategori 'hari kejepit' tadi. Sehingga total, pada tahun 2006 lalu, kita bisa menfaatkan 126-an hari untuk liburan.
Tidak akan berbeda di tahun depan, 2007. Pemerintah kembali memberlakukan hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2007. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No 481 Tahun 2006, ditetapkan 13 hari libur nasional dan 6 hari libur sebagai cuti bersama selama tahun 2007.
Konsep cuti bersama pada dasarnya diambil dari hari yang terjepit antara hari libur nasional dengan libur akhir pekan, yang jatuh pada hari Jumat, menjelang atau setelah hari libur nasional.
Yang menarik, adalah kebiasaan unik kita yang selalu berpanjang-panjang ria dengan liburan yang melimpah tadi. Artinya, meski seharusnya sudah berstatus masuk kerja, tapi kita tetap belum benar-benar siap untuk kembali bekerja secara produktif.
Secara fisik memang kita sudah berada di kantor, tapi otak dan hati kita masih libur. Celakanya, untuk mengaktifkan kembali otak dan hati itulah yang biasanya jauh lebih sulit.
Sekadar perbandingan, di Jepang hanya ada 15 hari libur nasional. Walau itu belum termasuk libur khusus yang berhubungan dengan musim. Ini lantaran masyarakat Jepang banyak memasukkan agama dan kepercayaan yang diyakininya dalam aktivitas sehari-hari. Namun secara total jumlahnya tak sampai 100-an seperti di Indonesia.
Sementara para pekerja di Cina, hanya bisa menikmati libur panjang pada Labour Day. Itu pun rata-rata paling lama hanya sekitar 8-10 hari. Namun, secara umum warga Cina juga punya masa libur panjang selama 15 hari yang merupakan hari libur paling penting pada awal tahun anjing.
Di Korea Selatan juga tak terlu banyak hari libur. Meski ada hari-hari khusus yang ditetapkan sebagai hari libur nasional. Misalnya, Tahun Baru Imlek dan Hari Bulan Purnama. Saat itu masyarakat Korea bisa menikmati liburan, masing-masing, selama tiga hari berturut-turut.
Khusus libur akhir tahun dan lebaran di Indonesia, sering kali bisa lebih lama dari jumlah libur resmi. Apalagi kalau waktunya mepet ke akhir pekan. Kitapun kerap memanfaatkannya untuk cuti besar. Sehingga kita bisa tenang berkunjung ke sanak saudara yang ada di kampung.
Uniknya, liburan yang lebih panjang lagi bisa dinikmati oleh wakil-wakil rakyat kita yang ada di Senayan dan bergaji luar biasa besar. Selain libur resmi nasional mereka juga leluasa menikmati masa reses pada setiap akhir masa persidangan, yang masing-masing selama dua pekan.
Kalau setahun ada empat kali masa persidangan, berarti anggota DPR kita juga akan mendapat empat kali liburan masa reses. Lamanya, empat kali dua pekan atau 48 hari. Biasanya mereka memanfaatkan waktu untuk melancong atau studi banding luar negeri.
Lucunya, pernah anggota DPR kita studi banding ke parlemen Belanda. Sayang saat itu parlemen Belanda malah sedang libur. Jadinya, rombongan wakil rakyat kita 'terpaksa' hanya ikut liburan sambil berbelanja.
Introspeksi
Memasuki tahun 2007. Di awal tahun ini, biasanya merupakan saat yang tepat untuk melakukan introspeksi. Mengevaluasi kesalahan apa saja yang kita lakukan tahun lalu, serta mencari solusi tepat untuk memperbaikinya tahun depan.
Atau, kita perlu mempertanyakan kepada diri sendiri, kenapa kita tak bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk keluarga kita. Atau kenapa kita tak mampu mengoptimalkan waktu untuk meraih sukses sebesar-besarnya. Padahal, sepanjang tahun kita punya berlimpah waktu untuk melakukan semua itu.
Nah, menyimak fenomena seperti itu, rasanya kita memang perlu introspeksi. Kapan bangsa kita ini bisa menjadi bangsa yang besar, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini? Kalau kita selalu lebih mementingkan liburan dari pada bekerja keras?
Bangsa-bangsa lain telah bangun dan bekerja keras, ketika kita masih tertidur dan berlibur. Dan bangsa-bangsa lain masih bangun dan bekerja keras, ketika kita sudah tertidur dan berlibur.
Selamat tahun baru 2007. Semoga di tahun 2007 kita dan bangsa kita menjadi lebih bijaksana.
Thursday, January 18, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment